• musli
  • Posts
  • Bingung Mau Nulis dari Mana dulu? Coba Gunakan Teknik Ini.

Bingung Mau Nulis dari Mana dulu? Coba Gunakan Teknik Ini.

50 Teknik Nulis

Jujurly ini sebenarnya untuk kegunaan pribadi. Mencoba menulis dari sisi ilmu menulis itu agak membosankan. Sisi dari jiwa kreatif saya membisik “bagaimana kalau sebuah kalimat tulisan dimulai dari sudut pandang bidang lain?”.

Tentu sahabat terbaik untuk brainstorming adalah ChatGPT haha. Dan wow, hasilnya menakjubkan. Dan karna hasilnya menakjubkan, aku pikir gak ada salahnya teman-teman pembaca juga mendapatkan ilmu ini.

Contoh-contohnya mungkin lebih ke tulisan fiksi, tapi tetap bisa di terapkan ke tulisan non-fiksi kok.

Selamat menikmati.

1. Teknik Entropi (Fisika)

Menulis cerita yang dimulai dalam keadaan teratur, lalu perlahan menjadi kacau atau tidak pasti—seperti alam semesta menuju entropi maksimum.

Contoh kalimat:

"Awalnya segalanya teratur: kopi pukul tujuh, cium pipi kanan, pintu tertutup rapi. Kini tak ada yang kembali. Bahkan suara pintu pun hanya gema."

2. Teknik Dissonansi Kognitif (Psikologi)

Tulis karakter yang memiliki dua keyakinan bertentangan dan perlihatkan bagaimana ia merasionalisasi atau malah runtuh karenanya.

Contoh kalimat:

"Aku sering menulis tentang mencintai diri sendiri. Tapi tiap kali bercermin dan melihat perutku yang membuncit, aku tetap ingin menyembunyikannya. Rasanya munafik, tapi begitulah kenyataannya hari ini."

3. Teknik Efek Kaca Spion (Sosiologi)

Narasi dibentuk dari kenangan masa lalu yang selalu ‘mengejar’ karakter utama, mirip cara spion mobil memperlihatkan bayangan yang terus mengikuti.

Contoh kalimat:

Di rumahku, ibu selalu bangun lebih pagi, tidur paling akhir. Dulu kupikir itu cinta. Sekarang aku tahu: itu juga beban struktural yang dia pikul sendirian

4. Teknik Heisenberg (Fisika Kuantum)

Cerita yang semakin kita amati atau pahami, semakin berubah maknanya—seperti prinsip ketidakpastian Heisenberg.

Contoh kalimat:

"Semakin aku membaca ulang pesan terakhirnya, semakin aku tak yakin apakah itu perpisahan atau permintaan untuk bertahan."

5. Teknik Spiral Sosial (Sosiologi)

Cerita dimulai dari konflik kecil lalu membesar akibat reaksi sosial berantai—efek domino atau spiral diam-diam.

Contoh kalimat:

"Semua bermula dari satu bisikan kecil di kantin. Dua hari kemudian, ia pindah sekolah."

6. Teknik Mirror Neuron (Neurosains)

Tulis adegan yang membuat pembaca “merasakan” emosi tokoh melalui detail fisik dan gerakan—bukan hanya lewat kata-kata langsung.

Contoh kalimat:

"Tangannya meremas serbet hingga kusut, matanya menolak bertemu siapa pun. Kau pun tahu: dia hampir menangis."

7. Teknik Psikodrama (Psikoterapi)

Tulisan dibuat seperti adegan panggung di mana tokoh utama memerankan konflik batinnya seolah berdialog dengan bagian dari dirinya sendiri.

Contoh kalimat:

"Aku berdiri di hadapan bayanganku. ‘Kenapa kamu diam waktu itu?’ tanyanya. Aku tak bisa menjawab. Karena akulah dia, dan aku juga diam."

8. Teknik Fraktal (Matematika Alam)

Struktur cerita mengikuti pola berulang dengan variasi: seperti kisah cinta yang terus gagal dalam pola serupa, tapi berbeda latar.

Contoh kalimat:

"Ia selalu memilih yang sama: pria yang butuh diselamatkan. Selalu berbeda wajah, tapi dengan lubang yang sama di dada."

9. Teknik Teori Permainan (Ekonomi/Sosiologi)

Karakter membuat keputusan dengan memperhitungkan reaksi pihak lain, seolah dalam permainan strategi. Cocok untuk menulis konflik hubungan atau politik.

Contoh kalimat:

"Jika aku jujur, dia mungkin pergi. Jika aku bohong, dia mungkin bertahan. Jadi aku diam. Dan diam adalah kartu yang membuat kami sama-sama kalah."

10. Teknik Efek Placebo (Psikologi)

Tulisan menyoroti kekuatan keyakinan dalam membentuk realitas. Tokoh mungkin percaya sesuatu yang tak nyata, tapi dampaknya tetap terjadi.

Contoh kalimat:

"Ia yakin lilin aromaterapi itu bisa mengusir rasa sepi. Padahal yang terbakar hanya waktu dan harapan. Tapi entah kenapa, ia memang merasa lebih baik."

11. Teknik Evolusi Naratif (Biologi)

Cerita berkembang seperti evolusi: perubahan kecil bertahap (mutasi), adaptasi, dan akhirnya seleksi alami menentukan ending.

Contoh kalimat:

"Awalnya, ia hanya memalsukan satu senyum. Lama-lama, ia lupa bagaimana caranya menangis."

12. Teknik Pareidolia (Psikologi)

Gunakan kecenderungan manusia melihat pola atau makna dalam hal acak untuk menciptakan narasi dari hal-hal tak berarti.

Contoh kalimat:

"Setiap retakan di dinding kamarnya membentuk wajah. Wajah itu makin lama makin mirip ibunya."

13. Teknik Arsitektur Emosi (Arsitektur + Psikologi)

Bangun cerita seperti merancang ruang: buka dengan “lobi” yang nyaman, buat “lorong” misteri, dan akhir yang seperti “ruang terbuka”.

Contoh kalimat:

"Ia mengundangku masuk ke hatinya. Tapi aku tak sadar sedang menapaki rumah yang kosong, dengan jendela terkunci dari dalam."

14. Teknik Efek Doppler Emosional (Astronomi)

Emosi dalam cerita berubah tergantung jarak tokoh dengan pusat konflik atau cinta. Mirip bagaimana suara atau cahaya bergeser saat bergerak.

Contoh kalimat:

"Semakin jauh dia pergi, suaranya terdengar makin lirih, tapi justru makin menyakitkan."

15. Teknik Reduksi (Filsafat Analitik)

Pecah emosi kompleks menjadi komponen dasarnya: marah jadi rasa takut + kecewa, cinta jadi kagum + harap + cemas.

Contoh kalimat:

"Ia bilang rindu, tapi sebenarnya itu campuran antara takut ditinggal dan cemburu yang tak punya nama."

16. Teknik Kubisme Naratif (Seni Rupa)

Ceritakan satu peristiwa dari banyak sudut pandang secara simultan. Seperti lukisan Picasso yang menunjukkan sisi berbeda dalam satu bingkai.

Contoh kalimat:

"Bagi ibu, ia anak durhaka. Bagi teman-temannya, ia pahlawan. Bagi dirinya sendiri, ia hanya manusia yang salah mengambil jalan pulang."

17. Teknik Negentropy (Fisika)

Kebalikan entropi: ceritanya justru bergerak dari kekacauan menuju keteraturan. Cocok untuk cerita pemulihan atau penyembuhan.

Contoh kalimat:

"Piring-piring berserakan. Tapi untuk pertama kalinya dalam tiga bulan, ia menyapu lantai dan membuka tirai."

18. Teknik Paralaks Emosi (Astronomi + Psikologi)

Hal yang sama tampak berbeda tergantung posisi narator atau waktu. Cocok untuk penyesalan atau kilas balik.

Contoh kalimat:

"Dulu aku pikir dia meninggalkanku. Sekarang aku tahu: akulah yang terlalu sibuk mencintai diri sendiri."

19. Teknik Fragmentasi Memori (Psikologi Trauma)

Tulisan dibagi jadi potongan acak—layaknya memori yang rusak. Cocok untuk menulis trauma, mimpi buruk, atau peristiwa sulit.

Contoh kalimat:

"Tangga. Darah. Telepon yang tak diangkat. Sepatu tanpa pasangan. Aku hanya ingat potongan-potongan, tak ada utuhnya."

20. Teknik Simulasi Realitas (Filsafat – Simulakra Baudrillard)

Tulisan bermain dengan batas antara kenyataan dan ilusi. Karakter bisa hidup dalam realitas buatan, atau mengira hidupnya asli padahal palsu.

Contoh kalimat:

"Setiap pagi ia menyentuh dinding rumahnya, memastikan benda itu masih nyata. Tapi tiap malam ia bertanya: siapa yang menulis hidup ini untukku?"

21. Teknik Eksistensialis

Terinspirasi dari Sartre dan Camus: tokoh mempertanyakan makna hidup, kebebasan, dan absurditas keberadaan.

Contoh kalimat:

"Ia bangun setiap hari pukul 6. Tapi tak pernah tahu: untuk apa sebenarnya ia bangun."

22. Teknik Nihilis

Segala makna ditolak. Cerita dibangun dari kehampaan, sinisme, atau pengguguran nilai-nilai sosial.

Contoh kalimat:

"Tidak ada yang berubah, bahkan saat dia pergi. Dunia tetap sibuk dengan rutinitasnya yang hampa."

23. Teknik Stoik

Karakter mengamati emosi tanpa reaktif. Cerita fokus pada ketenangan batin di tengah kekacauan luar.

Contoh kalimat:

"Dia tidak menangis di pemakaman ayahnya. Tidak karena tak cinta, tapi karena ia telah selesai berduka bahkan sebelum kematian itu tiba."

24. Teknik Deontologis (Kantian)

Narasi dibangun dari dilema moral: melakukan hal yang benar, meski menyakitkan, karena itu adalah "kewajiban".

Contoh kalimat:

"Ia menghapus pesan itu sebelum dikirim. Bukan karena tak ingin jujur, tapi karena tahu kebenaran tak selalu harus disampaikan."

25. Teknik Utilitarian

Tokoh membuat keputusan berdasarkan "hasil terbaik bagi yang terbanyak", seringkali mengorbankan satu demi banyak.

Contoh kalimat:

"Dia membiarkan anak itu ditangkap, karena jika tidak, seratus lainnya bisa mati. Dan itu keputusan yang akan menghantui seumur hidup."

26. Teknik Solipsistik

Tulisan berpusat pada gagasan bahwa hanya pikiran si tokoh yang nyata. Dunia luar tidak dipercaya benar-benar ada.

Contoh kalimat:

"Aku tak yakin apakah kamu benar-benar membaca ini. Atau aku hanya menciptakanmu, agar tulisan ini terasa penting."

27. Teknik Dialektika (Hegel/Marx)

Cerita dibangun dari konflik antara dua ide/tokoh (tesis vs antitesis), lalu muncul sintesis: pemahaman baru.

Contoh kalimat:

"Dia membenci ayahnya. Lalu menjadi ayah. Dan akhirnya, mengerti."

28. Teknik Fenomenologis (Husserl)

Fokus pada bagaimana tokoh mengalami sesuatu secara subjektif. Bukan apa yang terjadi, tapi bagaimana itu dirasakan.

Contoh kalimat:

"Sore itu bukan sekadar cahaya keemasan. Itu rasa nyaman, rasa ‘pulang’, yang tak bisa dijelaskan lewat foto."

29. Teknik Absurd (Albert Camus)

Konflik antara pencarian makna dan dunia yang tidak memberi jawaban. Karakter tetap melanjutkan hidup, meski tahu segalanya bisa jadi sia-sia.

Contoh kalimat:

"Ia menulis puisi setiap malam, meski tak ada yang membacanya. Karena itu satu-satunya cara merasa hidup."

30. Teknik Zeno’s Paradox

Cerita dibangun dari konsep bahwa suatu tujuan tak pernah benar-benar tercapai, meskipun terus mendekat.

Contoh kalimat:

"Ia sudah memaafkan 90% dari masa lalunya. Tapi 10% itu terasa semakin jauh, semakin mustahil disentuh, semakin menyiksa."

31. Wabi-sabiKeindahan dalam ketidaksempurnaan dan kefanaan.

Tulis cerita yang merayakan hal-hal tidak utuh, tak selesai, atau usang—tapi justru indah karena itu.

Contoh:

"Cangkir teh itu retak di pinggirannya. Tapi di sanalah aku merasa pulang—tak perlu sempurna untuk disayangi."

32. Mono no awareKesadaran akan kefanaan yang melahirkan kesedihan lembut.

Fokus pada perasaan melankolis terhadap hal-hal yang berlalu: musim gugur, anak-anak tumbuh, perpisahan, usia.

Contoh:

"Anak itu tak lagi memanggil 'Ayah' dengan suara lengking. Kini hanya gumam, dan aku rindu teriakannya yang dulu memekakkan telinga."

33. Ma (間)Ruang kosong yang bermakna.

Gunakan keheningan, jeda, atau 'kosong' dalam dialog dan narasi untuk menciptakan kedalaman emosional.

Contoh:

"Dia duduk di sampingku. Tidak ada yang bicara. Tapi di antara diam itu, kami akhirnya mengerti satu sama lain."

34. Shibumi (渋み)Keanggunan yang tenang dan tidak mencolok.

Gaya penulisan yang subtil, tidak dramatis, tapi meninggalkan bekas dalam.

Contoh:

"Ia tidak menangis, hanya menyeka kacamatanya. Tapi dari cara tangannya gemetar, aku tahu: dia sedang patah hati."

35. Yūgen (幽玄)Keindahan misterius dan tak terucapkan.

Cerita menyiratkan lebih dari yang diungkap, menciptakan rasa keagungan atau misteri dalam kesederhanaan.

Contoh:

"Ia selalu menaruh bunga di jendela. Tak pernah bilang untuk siapa. Tapi setiap kelopaknya seolah tahu rahasia yang tak boleh disebut."

36. Gaman (我慢)Kesabaran dan ketahanan dalam menghadapi penderitaan.

Karakter menahan rasa sakit atau kesedihan secara diam-diam, dan terus melangkah.

Contoh:

"Ia tertawa saat semua mengejeknya. Lalu pulang, menghapus air mata, dan tetap bangun lebih pagi dari siapa pun."

37. Mottainai (もったいない)Kesadaran terhadap pemborosan, penghormatan pada nilai setiap hal.

Tulisan menghargai benda-benda sederhana atau pengalaman kecil yang biasanya diabaikan.

Contoh:

"Dia menyimpan botol tinta ayahnya yang sudah kering. 'Masih bisa untuk melukis kenangan,' katanya."

38. Zanshin (残心)Kewaspadaan tenang setelah tindakan selesai.

Karakter tetap peka setelah konflik atau peristiwa utama, memberi kesan ketenangan yang reflektif.

Contoh:

"Pertarungan sudah berakhir. Tapi tangannya belum dilepas dari gagang pedang. Ia tahu, hening pun bisa menipu."

39. Ikigai (生き甲斐)Alasan untuk hidup.

Cerita berpusat pada pencarian makna atau hal sederhana yang memberi semangat hidup.

Contoh:

"Ia tak punya banyak. Tapi setiap pagi, burung-burung datang ke balkon, dan itu cukup untuknya bertahan satu hari lagi."

40. Kokoro (心)Hati dalam makna spiritual dan emosional yang dalam.

Penulisan yang sangat berfokus pada perasaan terdalam—bukan sekadar emosi, tapi getaran jiwa.

Contoh:

"Saat dia berkata 'baik-baik saja', aku mendengar retakan kecil di dalam suaranya. Itulah suara kokoronya yang nyaris patah."

41. Kintsugi (Filosofi Jepang)

Perbaiki cerita yang patah—tentang kehilangan, kegagalan, atau luka—dengan "emas" berupa makna dan keindahan.

🖋️ Contoh ide:
Tulis tentang perceraian bukan sebagai akhir, tapi titik awal seseorang mencintai dirinya sendiri.

Contoh kalimat:

"Retakan itu menyakitkan, tapi justru di situlah cahaya bisa masuk."

42. Ekphrasis

Menulis dari karya seni visual: lukisan, foto, patung. Biarkan imajinasi dan emosi memandu cerita.

🖋️ Contoh ide:
Tulis puisi dari lukisan "Starry Night" milik Van Gogh seolah kamu berada di desa kecil itu.

Contoh kalimat:

"Langit ini berputar, seperti pikiranku yang tak pernah diam sejak kau pergi."

43. Stream of Consciousness

Tulis aliran pikiran tanpa disensor. Biarkan keruwetan, pengulangan, atau asosiasi liar tetap ada.

🖋️ Contoh ide:
Menulis pagi hari dari sudut pandang orang yang cemas sebelum wawancara kerja.

Contoh kalimat:

"...aku harus mandi atau makan dulu ya, mana jas itu, tadi aku lihat di... oh Tuhan, kenapa perutku bunyi terus..."

44. Defamiliarisasi

Ambil hal biasa dan gambarkan seolah-olah itu asing, seakan baru ditemukan oleh alien.

🖋️ Contoh ide:
Deskripsikan kopi pagi sebagai ritual sihir kuno.

Contoh kalimat:

"Cairan hitam itu mengepul, dan tiba-tiba dunia menjadi bisa dihadapi."

45. Reverse Storytelling

Cerita dimulai dari akhir—baru perlahan pembaca diajak mundur ke awal.

🖋️ Contoh ide:
Buka dengan seorang pria yang duduk di penjara, lalu mundur mengungkap bagaimana cinta membuatnya jadi pembunuh.

Contoh kalimat:

"Mayat itu tersenyum. Dan itulah yang paling mengganggu."

46. Magical Realism

Dunia nyata dengan sentuhan keajaiban yang tidak dijelaskan, tapi diterima seolah biasa.

🖋️ Contoh ide:
Seorang nenek bisa mencium bau kenangan. Ia tahu siapa yang akan meninggal, hanya dari aroma pagi.

Contoh kalimat:

"Bau apel busuk dan hujan di kulit—tanda kematian akan mampir sore ini."

47. Metafora Hidup

Jadikan satu objek sebagai lambang untuk sesuatu yang lebih besar (hidup, cinta, luka, dll).

🖋️ Contoh ide:
Tulis cerita tentang seorang yang merawat tanaman mati sebagai metafora untuk hubungan yang tak bisa diselamatkan.

Contoh kalimat:

"Ia menyiram setiap pagi, meski tahu akarnya sudah busuk sejak lama."

48. Surat Tak Terkirim

Menulis surat untuk orang (atau diri) yang tak akan membaca: masa lalu, masa depan, orang yang telah tiada.

🖋️ Contoh ide:
Surat dari seorang ibu untuk anaknya yang gugur di demonstrasi.

Contoh kalimat:

"Nak, ibu akhirnya berani keluar rumah. Tapi jalanan tak seheroik yang dulu kau ceritakan."

49. Titik Pandang Tidak Biasa

Gunakan sudut pandang yang tidak lazim: benda mati, hewan peliharaan, bahkan organ tubuh.

🖋️ Contoh ide:
Tulisan dari sudut pandang sepasang sepatu yang selalu dibawa kabur saat pemiliknya kabur dari rumah.

Contoh kalimat:

"Kami sudah hafal jalan gelap di balik terminal. Itu biasanya tempat dia menangis."

50. Remix Cerita Nyata

Ambil kisah nyata, ubah satu elemen: waktunya, tokohnya, genrenya. Eksperimen dengan 'bagaimana jika'.

🖋️ Contoh ide:
Cerita orang gagal SNMPTN diubah menjadi kisah distopia: pemerintah memilih siapa yang boleh kuliah.

Contoh kalimat:

"Nama kami bukan gagal. Kami hanya tidak dipilih. Tapi kami tetap belajar, di reruntuhan kampus yang ditutup."